Senin, 30 Maret 2009

Pendidikan Sains di Sekolah vs Kebutuhan Masyarakat

Penyelenggaraan Proses Pendidikan Sains Saat Ini
Era globalisasi merupakan era informasi. Era globalisasi ditandai dengan perubahan yang sangat cepat dan tidak dapat diramalkan serta terbukanya peluang kompetisi antar manusia. Perubahan yang terjadi dan terbukanya peluang berkompetisi merupakan peluang
dan tantangan bagi mereka yang memiliki daya saing dan penuh prakarsa, tetapi akan menjadi malapetaka bagi mereka yang tidak memiliki kompetensi yang dipersyaratkan.
Dalam rangka mempersiapkan putra-putri kita memasuki era globalisasi, pendidikan memegang peranan yang sangat strategis. Melalui praktik pendidikan yang tepat, kita dapat membekali dan mengembangkan kompetensi-kompetensi yang dipersayaratkan kepada putra-putri (baca: anak didik) kita sehingga mampu berkompetisi dan dapat hidup secara layak. Namun, bagaimana penyelenggaraan proses pendidikan di sekolah-sekolah kita dewasa ini dibandingkan dengan perkembangan masyarakat pada era global ? Jika kita telaah secara seksama, paling tidak ada lima hal yang menunjukkan ketidak sesuaian antara proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah dengan tuntutan masyarakat global, yaitu :
1. Sekolah masih menyelenggarakan proses pembelajaran yang bersifat umum dan teoritik, sementara pada masyarakat global setiap individu dituntut untuk dapat menyelesaikan masalah yang bersifat spesifik.
2. Sekolah menuntut setiap siswa untuk mastery matery, sementara di masyarakat setiap individu dituntut untuk sharing jobs and responsibility.
3. Proses pembelajaran di sekolah kurang menuntut siswa untuk menggunakan alat-alat pikirnya (tool-lessthought), sementara di masyarakat dituntut untuk mempu mengunakan peralatan kognitif (cognitive tools) secara optimal.
4. Proses pembelajaran di sekolah lebih mengarah pada pengembangan berpikir simbolik (symbolic thinking), sementara di masyarakat dituntut untuk terlibat secara langsung (direct involved).
5. Di sekolah anak didik bertindak sebagai penerima informasi yang fasif dan guru bertindak sebagai satu-satunya sumber informasi, sementara masyarakat di era global menuntut kemampuan mencari, memilih dan memilah informasi (information searching).
6. Evaluasi belajar sains masih menekankan pada produk sains, sementara dalam pengembangan sains danteknologi di masyarakat menuntut penguasaan keterampilan proses sains dan sikap ilmiah.
Jika proses penyelenggaraan pendidikan yang berlangsung di sekolah tidak dapat menyesuaikan dengan tuntutan yang dibutuhkan di masyarakat, pada akhirnya sekolah/pendidikan tidak akan mampu mengantarkan para peserta didiknya untuk dapat hidup dalam masyarakat tetapi justru sebaliknya akan menyebabkan mereka terasing dari masyarakatnya. Oleh karena itu, proses penyelenggaraan pendidikan harus melakukan perubahan secara terus menerus untuk dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan yang muncul dalam kehidupan masyarakat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengubah orientasi tujuan pembelajaran yang semula berorientasi pada isi (content), saat ini dan kedepan seyogyanya berorientasi pada pengembangan kecakapan hidup (life skills). Upaya ini dapat berjalan dengan baik apabila semua komponen pelaksana pendidikan dan jajaran birokrat pendidikan serta stakeholders berupaya untuk memahami dan memiliki komitmen terhadap pembangunan pendidikan serta memberi kontribusi positif terhadap penyelenggaraan proses pendidikan yang berorientasi pada pengembangan kecakapan hidup (life skills) dalam masyarakat yang cenderung berubah.

Sains dan Kehidupan
Apabila kita mengamati kenyataan yang nampak di sekitar kita, tidak dapat dipungkiri betapa kuatnya pengaruh sains terhadap tata kehidupan manusia. Teknologi sebagai bentuk penerapan produk sains, telah banyak memberikan perubahan baik perubahan yang terasa bermanfaat bagi kemaslahatan kehidupan manusia maupun perubahan yang dapat membahayakan kehidupan manusia itu sendiri.
Beberapa dekade yang lalu, satu dari sekian banyak keluarga tetangga kita memiliki satu atau dua pesawat radio atau TV hitam putih. Saat ini, hampir semua keluarga memiliki paling sedikit satu pesawat radio dan TV berwarna. Sekitar sepuluh tahun yang lalu, orang yang memiliki handphone bisa dihitung dengan jari. Saat ini, keadaannya hampir terbalik, justru pemilik handphone mungkin lebih banyak, dan handphone yang dimilikinya dilengkapi dengan fasilitas aplikasi canggih yang memungkinkan mereka dapat berinteraksi dan melakukan berbagai aktivitas transaksi tanpa harus beranjak dari tempat.
Radio, TV, dan handphone hanyalah tiga contoh untuk mengilustrasikan aplikasi sains kedalam rekayasa dalam bentuk teknologi yang meberi manfaat dalam kehidupan manusia. Kemampuan manusia menciptakan berbagai peralatan dan menemukan mesin telah mengubah perilakunya. Tiga puluh atau empat puluh tahun yang lalu, kita hanya bisa mendengarkan radio sambil menyelesaikan pekerjaan atau melakukan aktivitas lainnya di rumah. Saat ini, kita bisa menyaksikan berbagai peristiwa di mancanegara, seperti pertandingan sepak bola di belahan dunia lain, tanpa harus pergi dan berdesak-desakan di stadion sepak bola. Kita bisa menyaksikan pertandingan sepak bola sambil malakukan berbagai aktivitas di depan pesawat TV.
Contoh lain adalah berkat kemajuan teknologi bidang pesawat ruang angkasa luar, memungkinkan manusia bisa menginjakkan kakinya di bulan. Berkat kemajuan pengetahuan manusia dalam bidang kimia nuklir yang kemudian diwujudkan dalam bentuk teknologi nuklir seperti Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), maka kebutuhan manusia akan kekurangan energi listrik dapat teratasi.
Sederetan perubahan yang terjadi dalam kehidupan manusia sebagaimana diilustrasikan di atas, merupakan contoh kemajuan teknologi sebagai akibat perkembangan sains. Namun tidak semua teknologi memberi kemaslahat bagi umat manusia. Wujud teknologi nuklir seperti bom atom, justru dapat membahayakan kehidupan umat manusia. Contoh-contoh tersebut menggambarkan bahwa demikian besarnya pengaruh perkembangan pengetahuan manusia tentang sains pada kehidupan manusia. Terkait dengan itu, barangkali kita sependapat apabila dikatakan bahwa seluruh kehidupan manusia dipengaruhi oleh perkembangan sains.
Sebenarnya dengan hanya menampilkan contoh seperti di atas mungkin belumlah cukup untuk menunjukkan terjadinya perubahan kehidupan manusia sebagai akibat perkembangan sains. Namun demikian, dengan mengamati dan mencermati apa yang terjadi dalam kehidupan sekitar kita, seperti kemajuan teknologi computer, tentu kita akan semakin meyakini akan hal tersebut.
Apabila kehidupan manusia dipengaruhi oleh perkembangan pengetahuan tentang sains, maka pengetahuan tentang sains dari suatu bangsa akan dipengaruhi pula oleh sejauhmana pengetahuan masyarakat dari bangsa tersebut tentang sains yang pada gilirannya akan mempengaruhi kualitas kehidupan bangsa tersebut. Artinya, kualitas kehidupan suatu bangsa sangat terkait dengan kualitas sumberdaya manusia (SDM) dari bangsa tersebut. Kenyataan yang kita hadapi dewasa ini dimana kita baru saja memasuki era global menunjukkan bahwa persaingan yang terjadi bukan lagi dalam hal penguasaan teknologi apalagi ketersediaan sumber daya alam, melainkan persaingan dalam kualitas SDM. Teknologi bisa dibeli tetapi jika SDM-nya tidak menguasai teknologi tersebut maka teknologi tersebut tidak ada artinya.
Beranjak dari kenyataan tersebut, maka dalam upaya menyosong kehidupan bangsa Indonesia yang lebih baik di era global yang penuh persaingan ini, tidak ada pilihan lain kecuali kita harus berupaya meningkatkan kualitas SDM, yaitu SDM yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan, penuh prakarsa dan memiliki daya saing sehingga mampu berkompetisi untuk meraih peluang dan tantangan dalam masyarakat global. Untuk mewujudkan keinginan tersebut, pendidikan memegang peranan yang sangat penting. Pendidikan harus mampu melahirkan manusia-manusia yang memiliki kompetensi minimal yang dipersayaratkan untuk dapat hidup layak di era persaingan bebas.
Bagaimana pendidikan itu selayaknya diselenggarakan? Berkaca pada pengalaman penyelenggaraan pendidikan yang berbasis pada isi (content) sebagaimana sudah kita lakukan yang ternyata kurang berhasil, maka seyogyanya kita harus segera melakukan perubahan. Perubahan yang dilakukan bukan hanya sebatas pada konsep tetapi perubahan yang menyeluruh sehingga benar-benar menyentuh sampai pada teknis penyelenggaraan proses pembelajaran di sekolah. Perubahan itu juga harus didasarkan pada studi yang mendalam bukan sekedar mengadopsi, agar perubahan yang dilakukan sesuai dengan kondisi objektif di lapangan serta karakteristik sekolah dan masyarakat Indonesia.
Tuntutan kemampuan manusia yang dipersyaratkan untuk bisa berpartisipasi dalam kancah persaingan di era globalisasi sebagaimana dikemukakan di atas adalah manusia yang memiliki daya saing, penuh prakarsa dan dapat bekerja sama untuk membangun sinergi. Artinya, manusia yang bisa hidup layak di era persaingan global adalah mereka yang memiliki keunggulan dalam kompetensi sehingga mampu tampil sebagai pemenang dalam kompetisi, mereka yang memiliki kemampuan untuk menggali informasi yang dapat mendorong munculnya kreativitas untuk melahirkan prakarsa-prakarsa baru, dan mereka yang memiliki kemampuan membangun sinergi (sharing jobs and responsibility) untuk membentuk sistem sosial-kultural yang kuat.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang kemudian diubah lagi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah solusi yang dilakukan saat ini untuk menjawab permasalahan di atas. Jika kita mencermati kenyataan yang ada saat ini terkait dengan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia dan tantangan persaingan ara globalisasi, maka kita mungkin sependapat dengan hal ini. Namun, apabila kita melihat kenyataan di lapangan (di sekolah-sekolah), secara umum guru sebagai pelaksana dan unjung tombak penyelenggaraan pendidikan masih belum memahami dengan baik tentang KBK dan KTSP. Kalaupun ada sebagian guru yang faham, ada kesan mereka enggan untuk mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran. Selain itu, Ujian Nasional yang hingga saat ini masih dipertahankan karena berbagai alasan, justru menjadi penghambat dalam implementasi KBK. Hal ini pula yang mendorong saya untuk menulis buku ini.
Tulisan ini dikemas dan disajikan untuk mengupas khusus tentang pembelajaran sains, yaitu pembelajaran sains menggunakan pendekatan yang disesuaikan dengan hakikat sains, yaitu sains sebagai produk, proses, dan pembentukan sikap ilmiah, baik secara teortis maupun latihan praktis. Namun demikian, tidak berarti tulisan ini hanya dapat dibaca dan diterapkan oleh guru/calon guru bidang studi sains atau para peminat pendidikan sains saja, tetapi juga sangat bermanfaat untuk guru pada bidang studi lain karena latihan-latihan praktis yang disajikan dalam buku ini diarahkan pada pembentukan kompetensi yang bersifat transferable. Sajian dalam buku ini lebih menekankan pada pengembangan keterampilan proses sains, karena menurut hemat saya, keterampilan proses sains merupakan kompetensi dasar untuk membentuk kompetensi peserta didik dalam melakukan penelitian ilmiah untuk membangun ilmu pengetahuannya sendiri (produk sains), serta mengembangkan sikap ilmiah dan keterampilan dalam memecahkan masalah.
Ada satu catatan penting bagi para guru dan calon guru sains, sebelum Anda mengajarkan keterampilan proses sains pada siswa. Kuasailah terlebih dahulu keterampilan-keterampilan proses sains yang akan diajarkan dengan baik sebelum Anda mengajarkannya kepada peserta didik. Hal ini pula yang menjadi tujuan utama dari tulisan ini. Tulisan selanjutnya akan mengkaji tentang berbagai aspek yang dapat dijadikan landasan dalam pembelajaran sains untuk mengembangkan keterampilan proses sains Anda dan anak didik Anda. Sekali Anda mendapatkan atau memiliki keterampilan-keterampilan tersebut maka Anda akan dapat mengajarkannya dengan lebih mudah kepada anak didik dan menjadi tugas yang sangat menyenangkan bagi Anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar